HIBURANMERPOS,– Pagi itu, alam semesta menghadirkan keanehan yang tak biasa. Langit biru yang cerah dihiasi oleh awan putih besar berbentuk seekor kepiting lengkap dengan capitnya yang runcing. Sementara itu, di daratan, ratusan kepiting kecil berlarian serempak, seolah mengikuti irama yang hanya mereka yang mengerti.
Kepiting-kepiting itu tampak seperti sedang melakukan perjalanan besar. Mereka bergerak dengan formasi rapi, melintasi pasir, rumput, dan bebatuan. Tak satu pun dari mereka berhenti atau keluar dari barisan. Sementara itu, awan berbentuk kepiting di langit bergerak perlahan, seolah mengawasi perjalanan mereka dari atas.
Suara gemerisik kaki-kaki kecil kepiting memenuhi udara. Di sisi lain, angin berhembus lembut, memindahkan awan-awan di langit tanpa mengganggu bentuk kepiting raksasa itu. Apakah ini sebuah kebetulan, atau ada pesan tersembunyi dari alam?
Di tepi laut, kawanan burung camar terbang rendah, tampak bingung melihat gerombolan kepiting yang memenuhi pantai. Mereka tidak berani mendekat, seolah-olah ada energi tak terlihat yang melindungi kawanan itu.
Saat malam tiba, sesuatu yang lebih aneh terjadi. Awan berbentuk kepiting itu tetap bercahaya meski langit telah gelap. Cahaya putih lembut memancar, seperti pemandu jalan untuk para kepiting di daratan. Bintang-bintang di sekitar awan itu tampak lebih terang, menambah suasana misterius malam itu.
Akhirnya, kawanan kepiting tiba di sebuah batu besar di tepi laut. Mereka berhenti, membentuk lingkaran sempurna di sekitar batu itu. Sementara itu, awan di langit mulai berubah bentuk, dari kepiting menjadi pusaran cahaya putih yang perlahan menghilang ke cakrawala.
Keesokan harinya, pantai kembali sepi. Tidak ada jejak kepiting, dan langit kembali cerah tanpa bentuk-bentuk aneh. Namun, di atas batu tempat kawanan kepiting berkumpul semalam, ada tanda berbentuk capit yang tak pernah ada sebelumnya, seolah menjadi penanda perjalanan misterius mereka.
Hingga kini, kejadian itu tetap menjadi misteri. Apakah kepiting-kepiting itu mengikuti panggilan dari langit, atau mungkin mereka sedang mencari Wi-Fi gratis di pantai? Ataukah itu sekadar kebetulan yang tak dapat dijelaskan, seperti saat kita menemukan setumpuk kunci yang hilang di tempat yang tak terduga? Hanya alam yang tahu jawabannya, meninggalkan cerita ini sebagai pengingat bahwa dunia menyimpan banyak rahasia yang belum terungkap. Tapi satu hal yang pasti, jika kepiting-kepiting itu bisa bicara, mungkin mereka akan berkata, “Kami cuma mau liburan, bos!”
Penulis: Miftahul Jannah
Editor : Supriadi Buraerah