Foto: Ilustrasi Seorang Raja dan Abunawas (Editor TIM MERPOS).
Pada suatu hari suasana memanas ditambah terik di langit “Baghdad”, Raja Harun Ar-Rasyid sedang marah besar. Marah bukan karena urusan kerajaan yang rumit, melainkan karena ulah Abunawas, seorang yang dikenal cerdas dan penuh kejutan. Abunawas, dengan kelihaiannya, selalu bisa membuat Raja tertawa, tapi kali ini dia benar-benar membuat Raja kesal.
Raja Ar-Rasyid pun, dengan wajah muram, memutuskan untuk tidak berbicara dengan Abunawas. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. “Jangan biarkan Abunawas masuk ke istana. Jangan ada yang berbicara dengannya,” perintah Raja dengan tegas kepada para pengawalnya.
Namun, meski marah, Raja Ar-Rasyid merasa penasaran. “Apa yang sedang Abunawas lakukan, ya?” gumamnya dalam hati. “Kenapa dia tetap bisa tenang meski saya marah?” Maka, dengan hati yang penuh rasa ingin tahu, Raja memutuskan untuk menyamar sebagai orang biasa dan mengintip gerak-gerik Abunawas.
Abunawas, yang memang pandai membaca situasi, tahu betul bahwa ada seseorang yang sedang mengamatinya. Dia pun menjalani hari dengan biasa; berjalan-jalan di pasar, berbincang dengan para pedagang, dan memberikan nasihat bijak kepada siapa saja yang datang kepadanya. Semua dilakukannya dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi.
Raja yang sedang menyamar semakin penasaran. “Apa yang dia lakukan? Bukankah dia tahu saya marah padanya?” pikirnya. Namun, Abunawas tetap tampak santai, tanpa ada rasa khawatir sedikit pun. Raja Ar-Rasyid akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. Dia mendekati Abunawas dengan wajah penuh misteri.
“Abunawas, saya dengar kamu sedang menghadapi masalah. Kenapa kamu tetap bisa tenang begitu?” tanya Raja dengan nada penuh teka-teki.
Abunawas menatap Raja yang sedang menyamar dan berkata dengan bijak, “Raja, marah itu hanya membuang energi. Kalau kita terbawa emosi, kita sendiri yang akan rugi. Saya lebih memilih untuk tetap tenang dan menjalani hari seperti biasa, meskipun orang mungkin tidak mengerti.”
Raja Ar-Rasyid terkejut. “Tapi, saya sudah memerintahkan semua orang untuk menjauh darimu! Bukankah itu berarti kamu harus marah?”
Abunawas tersenyum kecil. “Raja, marah tidak akan menyelesaikan masalah. Kalau saya marah, saya yang akan terbelenggu. Sebaiknya saya tetap tenang dan biarkan semuanya berjalan. Kadang, yang dibutuhkan bukan reaksi cepat, tapi kebijaksanaan untuk diam dan menunggu waktu yang tepat.”
Raja Ar-Rasyid terdiam. Kata-kata Abunawas menyentuh hatinya. “Ah, Abunawas… Aku salah. Aku terburu-buru marah tanpa berpikir panjang. Maafkan aku.”
Abunawas tersenyum lebar. “Raja, terkadang kita semua perlu belajar untuk lebih sabar. Tidak semua hal perlu diselesaikan dengan emosi. Kebijaksanaan datang dengan ketenangan, bukan kemarahan.”
Namun, Abunawas tidak hanya mengajarkan tentang ketenangan. Ia juga dikenal karena kecerdikannya yang luar biasa dalam menyelesaikan masalah yang tampaknya tak mungkin. Suatu hari, masalah datang ke istana. Para pedagang mengadu kepada Raja bahwa sebuah pasar yang baru dibangun di luar kota sangat sepi, dan mereka tidak tahu bagaimana cara menarik orang untuk datang.
Raja Ar-Rasyid merasa bingung. “Bagaimana cara kita menghidupkan pasar itu?” tanyanya. Semua penasihat kerajaan memberikan saran biasa; memberikan diskon atau promosi besar-besaran. Namun, Abunawas berdiri dengan senyum licik.
“Yang kita butuhkan bukan diskon, Raja. Kita hanya perlu membuat orang berpikir bahwa pasar itu penuh dengan barang-barang langka yang sangat berharga,” kata Abunawas.
Raja pun bingung, “Bagaimana bisa pasar yang kosong dipenuhi dengan barang berharga?”
Dengan cerdiknya, Abunawas meminta para pedagang untuk mengatur barang-barang mereka seolah-olah mereka sedang menunggu kedatangan barang baru yang sangat langka. Lalu, dia menyebarkan desas-desus ke seluruh kota bahwa ada barang-barang ajaib yang akan tersedia di pasar tersebut; barang yang tak akan ditemukan di tempat lain.
Setelah beberapa hari, berita tentang pasar yang “berisi barang langka” tersebar luas. Orang-orang dari berbagai penjuru kota mulai berdatangan, penasaran dengan barang-barang yang “tak bisa ditemukan di tempat lain.” Ternyata, itu semua hanya trik Abunawas! Pasar yang semula sepi kini penuh dengan pengunjung yang ingin melihat “barang ajaib” itu, padahal itu hanyalah barang biasa yang dipajang dengan cara yang berbeda.
Raja Ar-Rasyid tertawa terbahak-bahak. “Abunawas, kau memang tak pernah gagal membuatku terkejut dengan kecerdikanmu!”. Masalah selesai.Raja pun kembali beraktivitas seperti biasanya tanpa harus melipat bibir. (Mft/MERPOS- berbagai Sumber).