MERPOSSINJAI — Krisis yang sedang melanda sektor pertanian di Kabupaten Sinjai semakin parah, terutama di Desa Talle, Kecamatan Sinjai Selatan. Dua masalah utama yang dihadapi masyarakat di desa ini adalah kerusakan parah pada sistem irigasi dan serangan hama babi hutan yang terus merusak hasil pertanian.
Dampak kedua masalah ini telah mengancam mata pencaharian ribuan petani di desa tersebut.Senin (18/11/2024).
Sebelumnya, saat ditemui MERPOS, warga setempat mengatakan Kerusakan Irigasi telah berlangsung satu Dekade “Sudah puluhan tahun ini rusak, sejak 2007,”ungkap Inisial B.N
Ditempat terpisah, Kades Talle, Abd Rajab tak menapik ada kerusakan pada sistem jaringan air persawahan tersebut. Menurutnya anggaran dana desa, tidak dapat digunakan untuk perbaikan. “Ada keterbatasan fungsi anggaran dana desa, untuk perbaikan Irigasi, ini kewenangan PU (Pemda) “ungkapnya.
Lanjut, Kepala Desa Talle, Ir Abd Rajab, menjelaskan terkait hama Babi, secepatnya akan diatasi, “Jadi memang, seperti yang telah saya sampaikan ke muka publik pada Sabtu (16/11), bahwa, Babi hutan datang hampir setiap waktu, dengan merusak tanaman masyarakat, terutama saat musim tanam padi. Ini juga menjadi dasar, sehingga akan dilakukan perburuan massal,” ujar Abd Rajab .

Dia menambahkan, Pemerintah Desa Talle telah merencanakan perburuan babi hutan secara besar-besaran pada 21 November 2024, yang akan dipusatkan di Hutan Lajangnge, Dusun Gareccing.
Perburuan ini akan melibatkan warga setempat dalam upaya mengurangi populasi babi hutan yang semakin meresahkan. “Saya sudah memberikan himbauan kepada masyarakat terkait rencana kegiatan ini, dan masyarakat menyambut baik,”ujarnya.
Sebelumnya, petani yang selama ini menggantungkan hidupnya pada hasil bumi merasa terpinggirkan oleh ketidakpedulian Pemda Sinjai terhadap masalah yang mereka hadapi. Kerusakan irigasi yang tak kunjung diperbaiki, menjadi bukti nyata.
Bahkan, masyarakat mendesak Tipikor Polres Sinjai, menyikapi persoalan kerusakan irigasi tersebut, dengan nada khas daerah, masyarakat menyerukan desakan, “Silonang bahanni mai Tipikor, naita langsungngi , tabokara maneng,ni itu faennree,ke, maittani (temani mi Tipikor ke lokasi proyek, Beton Irigasi, berhamburan, rusak sejak lama,- arti bahasa nasional). Tipikor Polres Sinjai belum mengeluarkan keterangan resminya.
(S/MERPOS).