Foto Kapal Tak Bertuan ditemukan Polisi di Tepi Pantai ( dok Merpos)
ACEHTIMURMERPOS, — Di atas hamparan pasir pantai Desa Keutapang Mameh, di Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, sebuah kapal tempel terdampar dengan takdir yang masih menggantung, tak punya tuan, dan tak punya selembar dokumen.
Kapal itu terlentang, moncong kapal berwarna abu-abu, sementara badan kapal berselimut cat berwarna kuning, dan warna merah setebal tiga batu bata menyatu dengan warna putih, setipis silet.
Dua warna itu menandakan ciri khas atas asal – usulnya yang menyimpan sejuta misteri, memantul warna cat yang terlihat hampir menyamai warna kue coklat yang menempel pada bagian lantai dan dinding bagian dalam.
Selompatan dari lokasi kapal, terlihat pasir menyerupai bulu singa membentang di sepanjang pantai.
Sementara Birunya langit tak dapat mendustai jernihnya air laut yang tenang, sejauh mata memandang keindahan ciptaan Tuhan yang maha esa begitu memikat dan menakjubkan.
Pagi itu, 02 Februari 2025, seperti sebuah tanda dari langit, di mana laut dan angin bersatu dalam diam namun temuan ini mengisyaratkan dampak besar, mengingat Aceh adalah daerah yang penuh sejarah. Baca selengkapnya: Mendadak 264 Etnis Rohingya Bertamu di Aceh Timur, Begini Reaksi Masyarakat
Boat tanpa awak ini menyisakan sebuah pertanyaan yang lebih besar dari wujud atau fisiknya. Apa yang terjadi dengan kapal ini? Mengapa ia terdampar begitu saja?. Kata warga setempat sambil keheranan dan khawatir atas dampak dari sisi negatif yang ditimbulkan bila tidak segera diatasi oleh polisi.
Aceh, yang dikenal dengan julukan Serambi Mekah, tanah dan lautnya yang dipenuhi jejak sejarah, kembali menyuguhkan sebuah peristiwa yang mengundang tanya secara meluas, hingga menyentuh ubun – ubun bumi dan seisinya dalam balutan rasa penasaran.
Aceh adalah daerah yang menyimpan cerita pilu Tsunami, dan bukan cuma sekali menjadi saksi kedatangan etnis Rohingya.
Ketika bibir bijak “Berbicara” Agama, penduduk Aceh Mayoritas Islam, tempat lahirnya ulama besar, dan tanah kelahiran para pahlawan nasional dari berbagai latar belakang dan sejarahnya.
Pahlawan dimaksud diantaranya adalah seperti Cut Nyak Meutia, pahlawan yang berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari penjajahan Belanda.
Cut Nyak Dhien, pahlawan perempuan yang memimpin Perang Aceh melawan Belanda di akhir abad ke-19.
Laksamana Malahayati, pahlawan perempuan yang berjuang dalam Perang Aceh–Belanda (1599).
Teuku Umar, pahlawan yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 14 September 1993.
Di sinilah, dalam kekayaan budaya dan sejarah yang membalutnya, kehidupan terus berjalan di Aceh membawa kejutan-kejutan yang tak terduga.
Dalam suasana pagi itu, sebuah boat tanpa pemilik menjadi salah satu dari misteri yang menggetarkan semua sisi dan praduga yang belum terjawab hingga saat ini, Senin, (3/2/2025).
Penemuan ini bermula dari Saifuddin, seorang warga desa yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah Sholat Subuh.
Tak lama kemudian, ketika matahari masih malu-malu menampakkan cahayanya, pandangan Saifuddin terfokus pada sebuah kapal yang terdampar di tepi pantai.
Kapal itu tanpa awak, tanpa muatan, hanya badang kosong (“kapal tempel”-red), dengan mesin Yamaha 250 PK yang terparkir begitu saja, seolah menunggu untuk diceritakan kisahnya.
Saifuddin, yang mengenali adanya keanehan, segera memberitahukan kepada warga yang lain, dan berita itu pun sampai ke telinga aparat penegak hukum dalam hal ini Polres Aceh Timur.
Dalam tempo yang singkat, Kasatpolairud Polres Aceh Timur, AKP Ade Candra, S.H., M.H., dengan sigap memerintahkan anggotanya untuk menuju ke lokasi.
Hasil pemeriksaan mengungkap bahwa, tidak ada dokumen apapun yang ditemukan di dalam boat itu, hanya angka-angka yang terukir di tubuh kapal.
Polisi menceritakan melalui keterangan resmi yang diterima Merpos. Dalam rentetan peristiwa itu diketahui bahwa kapal ditemukan kosong melompong, tanpa petunjuk, tanpa saksi.
Entah dari mana datangnya, kini kapal itu masih menjadi simbol dari ketidakpastian.
Namun menjadi tantangan tersendiri bagi kinerja Polres Aceh Timur dalam mengulik lebih tajam dengan harapan Masyarakat dapat memperoleh jawaban dari kebenaran yang sesungguhnya.
“Ini adalah sebuah misteri,” kata masyarakat.
Sementara itu, AKP Ade Candra, mengingatkan semua pihak agar tetap tenang.
Dirinya juga menegaskan tentang pentingnya kehati-hatian dalam menghadapi sesuatu yang tak dikenal.
Polres Aceh Timur juga menghimbau kepada siapa pun yang merasa memiliki kapal ini untuk datang dan menunjukkan bukti-bukti kepemilikan yang sah.
“Untuk sementara waktu, kapal ini tetap berada dalam pengawasan Polres Aceh Timur,” tegas AKP Ade Candra.
Sejumlah elemen Masyarakat dari berbagai kalangan yang berhasil dihimpun keterangannya, Minggu Sore (2/2/2025), di sela – sela kesibukan, mereka menyinggung peristiwa tersebut, agar dijadikan sebagai bahan pembelajaran berharga.
Mereka menilai persoalan sebuah kapal adalah Peristiwa yang mengajak masyarakat untuk meningkatkan waspada dan merespon secara bijaksana.
Setiap bab kehidupan yang berjalan, kadang ada momen-momen yang datang tanpa kita tahu asal-usulnya.
Ada kapal yang terdampar di pesisir, dan ada kisah yang tersembunyi di baliknya.
Mungkin, kita adalah penumpang dalam perjalanan panjang sejarah ini, dan kadang, kita perlu berhenti sejenak, untuk melihat lebih dalam, merenung tentang segala yang terjadi di sekitar kita.
Aceh, dengan segala keindahan dan tantangannya, terus berbicara dalam bentuk kejutan-kejutan yang membentuk perjalanan kita.
Mungkin, di balik penemuan kapal ini, ada sebuah pelajaran besar yang ingin disampaikan oleh alam.
Sebuah kisah yang masih belum selesai, yang membutuhkan waktu dan kejelian untuk mengungkapkan seluruh maknanya.
“Dalam dunia yang penuh teka-teki ini, setiap peristiwa adalah potongan dari puzzle (teka – teki ), besar yang terus kita cari jawabannya,” pungkasnya. “Mustahil kapal itu jatuh dari langit,” tambahnya.
Liputan: M. Fadil
Editor: Supriadi Buraerah