SEMARANG, MERPOS,-– Sabtu 9 November 2024 Wakil Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti, mengungkapkan komitmennya untuk mempercepat penerapan smart vertical housing di Indonesia. Dalam acara Simposium Smart Vertical Housing yang digelar di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Diana menegaskan pentingnya integrasi teknologi cerdas dan keberlanjutan lingkungan dalam pengembangan hunian vertikal di seluruh Indonesia.

Menurut Diana, bangunan gedung, termasuk rumah susun vertikal, tidak hanya perlu memenuhi standar kelayakan dan kenyamanan, tetapi juga harus menjadi model Bangunan Gedung Hijau (BGH) dan Bangunan Gedung Cerdas yang dapat mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emission pada tahun 2060. “Kami berharap kolaborasi antara pemerintah, akademisi, praktisi, industri, dan masyarakat dapat mempercepat penerapan smart vertical housing yang ramah lingkungan dan efisien,” kata Diana dalam sambutannya.
Penerapan smart vertical housing di Indonesia didorong oleh kebijakan pemerintah yang melibatkan berbagai regulasi, seperti Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri PUPR No. 21 Tahun 2021 tentang Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau. Pemerintah juga telah menetapkan roadmap pembinaan BGH untuk periode 2023-2028, yang bertujuan memastikan bahwa setiap proyek bangunan, baik yang dibangun oleh pemerintah maupun sektor swasta, memenuhi standar BGH yang ditetapkan.
Sebagai contoh, Gedung Kementerian PUPR telah mengadopsi teknologi ramah lingkungan seperti panel surya, sistem parkir cerdas, sensor gerak untuk pencahayaan, dan pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan toilet dan taman. Teknologi ini berhasil menghemat energi sekitar 35% dan mengurangi penggunaan air hingga 83% pada musim hujan dan 61% pada musim kemarau. Penerapan BGH ini juga membawa penghargaan bergengsi, termasuk ASEAN Best Practice Award dan Building Hemat Energi Nasional untuk kategori efisiensi energi.
Selain itu, renovasi Masjid Istiqlal Jakarta yang mengadopsi prinsip BGH telah menghemat energi sebesar 23%, efisiensi air 36%, dan pengurangan embodied energy pada material hingga 81%. Proyek tersebut mampu mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 476,22 ton per tahun.
Diana Kusumastuti juga menyampaikan bahwa berbagai proyek besar lainnya, seperti revitalisasi Pasar Renteng di NTB, Pasar Legi di Surakarta, Pasar Sukawati di Bali, dan renovasi Pasar PON Trenggalek di Jawa Timur, turut mengedepankan prinsip Bangunan Gedung Hijau. Langkah ini diharapkan menjadi contoh bagi pengembangan hunian vertikal dan infrastruktur lainnya di seluruh Indonesia.
Dengan berbagai langkah nyata yang diambil oleh Kementerian PUPR, Wamen Diana berharap Indonesia dapat mempercepat transisi menuju hunian vertikal yang lebih ramah lingkungan dan cerdas, sehingga turut mendukung pencapaian target Net Zero Emission pada tahun 2060.
Comments 2