Foto Kantor Desa Tongke Tongke ( Dok MERPOS)
SINJAI, MERPOS, – Tak jauh dari hamparan pesisir Kecamatan Sinjai Timur, Desa Tongke-Tongke menjadi saksi perjalanan sejarah panjang yang tak hanya menyimpan cerita, tetapi juga potensi luar biasa. Berawal dari sebuah kampung kecil di tahun 1920-an, desa ini kini menjadi representasi harmoni antara kekayaan alam dan kearifan lokal masyarakatnya. [Pesta Adat Marrimpa Salo & Festival Tongke-Tongke]
Dinamakan “Tongke-Tongke” dari istilah “Toke,” yang merujuk pada pedagang asal Tiongkok yang dulu menjadikan Cempae sebagai tempat persinggahan, desa ini menjadi rumah bagi berbagai etnis, termasuk Bugis. Letak geografisnya yang strategis tak hanya menarik para pedagang, tetapi juga menjadikannya basis pertahanan Jepang selama Perang Dunia II. Sejarah pun mencatat betapa desa ini berperan sebagai saksi berbagai peristiwa, termasuk pemberontakan DI/TII di era 1950-an, yang memaksa masyarakatnya bertahan di tengah ancaman keamanan.
Tahun 1970-an hingga 1980-an menjadi titik kritis ketika desa ini dihantam abrasi pantai yang mengancam kehidupan penduduknya. Dengan semangat kolektif, masyarakat mencoba mengumpulkan batu karang sebagai tanggul, meski akhirnya metode ini tak berhasil. Maka lahirlah solusi yang lebih berkelanjutan: penanaman mangrove. Dipelopori oleh tokoh masyarakat H. Badaruddin, langkah ini terbukti menjadi penyelamat desa, melindungi pesisir dari abrasi, bahkan saat gempa bumi Flores mengguncang pada 1991.
Pada tahun 1995, dedikasi masyarakat Tongke-Tongke mendapatkan apresiasi nasional ketika kelompok masyarakat menerima Kalpataru dari Presiden Soeharto. Penghargaan ini menjadi simbol keberhasilan desa dalam mengelola sumber daya alamnya dengan bijak.
Transformasi Tongke-Tongke tak hanya terlihat dari pembangunan fisik seperti pengaspalan jalan dan fasilitas pendidikan, tetapi juga dari perubahan status administratifnya. Dari sebuah lingkungan dalam Kelurahan Samataring, pada 8 Februari 2003, Tongke-Tongke resmi menjadi desa definitif. Pemilihan kepala desa pertama, Muh. Nasri Dg Lanna, menjadi awal perjalanan pemerintahan desa yang kini terus berkembang.
Saat ini, Desa Tongke-Tongke terdiri atas lima dusun: Babana (pusat pemerintahan), Maronging, Baccara, Bentengnge, dan Cempae. Dengan visi untuk mampu bersaing sejajar dengan desa lain, desa ini berfokus pada empat pilar utama: keagamaan, pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Potensi sumber daya alamnya yang melimpah, ditambah semangat gotong royong warganya, menjadikan Tongke-Tongke contoh ideal pengelolaan desa yang berdaya dan berkelanjutan.
Tak hanya itu, di Desa Tongke Tongke juga terdapat tempat Wisata Magrove yang dikelola oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata Sinjai.
Dengan SDM yang unggul dan SDA yang kaya, desa ini layak menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia, mewujudkan visi menuju masa depan yang lebih baik.
Senada, saat ditemui di ruang kerjanya, Kades Tongke Tongke, Sirajuddin menyebut pihaknya juga aktif melakukan kordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk menumbuhkan generasi bangsa yang bebas dari Narkoba, dan judi online. Bahkan sosialisasi tentang bahaya Narkoba telah dilaksanakannya.
Sementara untuk menekan atau mencegah aktivitas judi online, Pemdes Tongke Tongke bekerja sama dengan Prajurit TNI dan Polri dalam hal ini, Babinsa dan Babinkamtibmas. “Jadi kita (Pemdes- red) aktif bersama Babinsa dan Babinkamtibmas memantau kondisi setiap saat, ini tujuannya untuk memastikan bahwa judi online tidak merambah ke lingkungan desa ini,”ucap Sirajuddin.
Berbicara tentang pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak desa ini juga aktif melakukan upaya dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Dalam catatan Merpos, Pada Selasa 21 Agustus 2024, Kegiatan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak digalakkan oleh Pemdes Tongke Tongke yang mengusung tema “Stop Kekerasan Terhadap anak dan Perempuan”.
Kegiatan ini dihadiri Sekretaris Camat Sinjai Timur, Muh Asfar, Kepala Desa Tongke-tongke Sirajuddin, Sekretaris LPPLM IAIN Bone, Nurfaikah, Dosen Pembimbing Dr. Zakaria dan H. Abd Hafid M Talla, Pimpinan Daerah Aisyiyah Sinjai, kaum ibu–ibu serta mahasiswa KKN IAIN Bone.
Sementara itu, pada Rabu baru baru ini, berdasarkan pantauan Merpos, nampak terlihat sejumlah masyarakat di lingkungan desa ini melakukan berbagai aktifitas, baik di bidang Usaha Mikro kecil dan menengah (UMKM), sektor perikanan dan sebagainya di sektor pertanian dan peternakan.
Tak hanya itu, di pelataran Kantor Desa Tongke Tongke udara segar terasa lebih sejuk, kontras dengan pemandangan sekitar dan kibaran bendera merah putih yang juga senantiasa di kibarkan oleh Pemdes Tongke Tongke. Tak kalah nampak terlihat lebih jelas, papan transparansi publik yang memuat informasi komposisi anggaran APBDes (DD dan ADD tahun 2024).
Di dalam ruangan kantor, sejumlah staf desa yang aktif bekerja melayani masyarakat. Mereka terlihat begitu saling menghargai.
Selain itu terdapat juga galeri Informasi berbasis teknologi 4.0 – 5.0 yang terhubung dengan website resmi desa Tongke Tongke. Gagasan ini dilezatkan oleh Aparat Desa Tongke Tongke, Darmawansyah. “Ini sangat memudahkan masyarakat mengakses semua informasi tentang desa,”ujar Seorang Staf senada dengan ungkapan Kades Sirajuddin. (*).
Baca Juga : darmawansyah berhasil wujudkan website desa tongke tongke
Comments 1